Upik say's:

19 Sep 2011


Menikmati Episode Menunggu Jodoh

Penulis : Arda Dinata
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan bagi kamu pasangan dari jenis kamu sendiri agar kamu sakinah bersamanya dan Dia menjadikan cinta dan kasih sayang diantara kamu. Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi kamu yang berpikir.” (QS. Ar Ruum: 21)
Jodoh berarti pasangan hidup manusia yang sepadan; cocok; serasi; sesuai benar; kena benar; atau setuju hatinya. Dewasa ini banyak pasangan yang belum berjodoh bingung apa yang mesti diperbuat dalam menunggu jodohnya. Padahal dari ayat Alquran di atas, mengajarkan kita agar berpikir, termasuk dalam menentukan pasangan (jodoh). Di sini, ada makna rentang waktu antara menunggu jodoh dengan membangun keluarga sakinah bersama pasangan kita kelak. Menunggu jodoh ialah menantikan; mengharapkan (sesuatu yang mesti datang atau terjadi) terhadap pasangan hidup kita. Jadi, menunggu jodoh bukan berarti menunda jodoh untuk terlaksananya perkawinan.
Pada koridor itulah, kita seharusnya dapat menikmati episode menunggu jodoh sebagai ladang amal mempersiapkan membangun keluarga sakinah, sambil menunggu pasangan hidup kita. Pertanyaannya, apa saja yang perlu kita nikmati dalam menunggu jodoh itu?
Betapa banyaknya, dikalangan pria dan wanita yang tidak maksimal menikmati menunggu jodoh dengan melakukan hal-hal yang dapat mendukung dalam pembangunan keluarga sakinah yang akan dibentuknya di kemudian hari. Padahal, begitu banyaknya sisi-sisi keilmuan dan keteladanan yang perlu disusun membentuk bongkahan benteng yang siap menghadang serbuan virus-virus penyebar kebusukan dalam ikatan keluarga kita kelak.
Episode menunggu jodoh, juga bukan berarti kita dengan seenaknya menikmati masa-masa itu dengan tergelincir dan tergoda oleh nafsu yang ada dalam dirinya, sehingga melanggar atau menjauh dari syariat yang diwajibkan-Nya. Yakni, pria maupun wanita hendaknya melalui Episode menunggu jodoh –masa remajanya—dengan selalu waspada terhadap segala goda dan rayuan setan. Rasulullah bersabda, “Wahai pemuda, barangsiapa di antara kamu sanggup membayar mas kawin dan memberi nafkah, hendaklah kawin, karena perkawinan dapat memelihara dirimu. Pemuda yang tidak sanggup kawin hendaklah berpuasa. Puasa itu dapat mematahkan syahwatnya.” (HR. Bukhari).
Berikut ini, hal-hal yang perlu dinikmati dalam episode menunggu jodoh sebagai peletak dasar dalam mempersiapkan bangunan keluarga sakinah. Pertama, menikmati dalam membekali diri dengan ilmu-ilmu yang diperlukan/berkait dalam berumah tangga. Kebanyakan dari kita merasa kurang sekali dalam pembekalan yang satu ini. Padahal, ilmu sungguh merupakan modal kesuksesan yang patut kita kedepankan dalam hidup ini –termasuk dalam membangun rumah tangga-. Bukankah hal itu, bisa kita lakukan bila kita telah menikah? Ya, tindakan ini pun tidak salah. Tapi, alangkah tepat dan nikmatnya seandainya ilmu yang berkaitan dengan kerumah tanggaan itu sudah kita miliki jauh-jauh hari sebelum masa perkawinan. Dan tentu, hasilnya akan jauh lebih baik.
Selain itu, bukankah ada sebuah kewajiban maupun kebajikan dalam pernikahan yang menuntut kita untuk memiliki ilmunya, sehingga kita bisa melaksanakan dengan baik dan tidak menyimpang. Misalnya, ilmu yang berkenaan dengan apa yang akan kita lakukan (mengajarkan ilmu agama pada istri dan anak; menasehati istri; mengingatkan suami; dll) dan ilmu tentang bagaimana melakukan (mendampingi suami; menggauli istri/suami; melayani suami; mendidik anak; mengelola keuangan keluarga; dll).
Kedua, menikmati dalam mempersiapkan kemampuan memenuhi tanggung jawab suami/istri. Ada banyak tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh mereka yang sudah menikah, sehingga kadangkala membuat sebagian orang takut menikah. Seorang suami berkewajiban memberi nafkah kepada istri dan anaknya serta menyediakan tempat tinggal sesuai dengan kadar kesanggupannya. Berbarengan dengan ini, tentu istri punya kewajiban (pula) untuk menerima tanggung jawab suami dengan hati terbuka. Yaitu tidak menuntut suami untuk memberikan sesuatu yang diluar kesanggupan untuk memberinya. Lebih-lebih jika ketidakrelaan seorang istri tersebut, membuat suami melakukan perbuatan mungkar kepada Allah dan Rasul-Nya. Di sini, kuncinya tidak lain adalah pentingnya sebuah ilmu.
Ketiga, menikmati dalam kesiapan menerima anak. Hal ini, tentu perlu dipersiapkan sejak dini bahwa seorang yang siap melangsungkan perkawinan maka sejalan dengan itu, ia harus pula siap untuk menerima kehadiran seorang anak.
Lalu, apa yang perlu dinikmati dalam posisi menunggu jodoh berkait dengan kesiapan menerima kehadiran anak? Yaitu nikmatnya, bila kita mampu membangun keilmuan tentang bagaimana arti seorang anak, mendidik anak, perilaku perkembangan anak, psikologi anak, dll. Dampaknya, dikemudian hari tentu kita tidak menjadi kesal/kaget apabila menghadapi beberapa perubahan anak dalam perkembangn fisik dan tingkah lakunya, karena secara keilmuan kita telah mempersiapkannya.
Keempat, menikmati dalam membangun kesiapan psikis. Tanpa dipungkiri, kadangkala kita hanya membayangkan indahnya pernikahan, tanpa berusaha belajar untuk selalu siap menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang kelak menjadi pasangan (jodoh) kita. Pada episode menunggu jodoh inilah, kita harus menikmati dengan membangun kesiapan psikis sebagai bekal kelak setelah menikah. Tepatnya, kesiapan psikis –menerima kekurangan pasangan kita- ini tidak berarti lantas kita leluasa untuk berapologi terhadap kekurangan tersebut, sekalipun hal itu memang sepatutnya dimaklumi daripada dituntut untuk diperbaiki.
Kelima, menikmati dalam membekali kesiapan ruhiah. Dalam episode menunggu jodoh ini, tentu sangat nikmat kalau kita bekali dengan kesiapan ruhiah. Betapa tidak? Karena bila kesiapan ruhiahnya memang benar-benar baik (jernih), ia dapat membedakan antara hak Adami dan kewajiban kepada-Nya -sesuai ajaran Islam- sehingga ia tetap dapat memilih.
Dalam hal ini, al-Hasan bin Ali ra. memberitakan suatu ketika, seorang laki-laki berkata kepada cucu Nabi ini, “Saya mempunyai seorang putri. Jika ada yang berniat menikahinya, saya akan nikahkan dia.” Maka al-Hasan berkata, “Nikahkan putrimu dengan laki-laki yang bertakwa kepada Allah SWT. Jika ia menyukai putrimu, ia pasti akan memuliakannya. Jika ia sedang marah, ia tidak akan menzalimi putrimu.”
Sungguh nikmatnya, bila kita memiliki kebersihan ruhiah dengan ketakwaan kepada-Nya, sikapnya akan tetap terkendali oleh ketakwaannya. Artinya, bila ia menyukai istri/suaminya, kecintaannya itu melahirkan sikap memuliakan.
Akhirnya, pada tataran demikianlah, kita sudah selayaknya menikmati episode menunggu jodoh dengan hal-hal yang mengantarkan pada terwujudnya keluarga sakinah. Sungguh ini sama sekali bukan kerugian. Allah telah berfirman, “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (QS. An-Nuur: 26).
Dari ‘Umar bin Khaththab RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Muliakanlah sahabat-sahabatku, karena mereka adalah orang-orang yang terbaik di antara kalian.” Dalam riwayat lain dari ‘Umar beliau bersabda, “Jagalah aku dengan berlaku baik kepada sahabat-sahabatku.”

“Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah”

“Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama”

“Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya”

“Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian”

“Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya”

“Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah”

“Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya”

“Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis”
“Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya”

“Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinnya”
“Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri”

“Dalam masa kejayaan, teman-teman mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman-teman kita. Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda??. Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai??”
“Siapa yang ingin bersama anda pada saat tiada satupun yang dapat anda berikan??. Merekalah sahabat-sahabat anda”

“Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka. Karena seorang sahabat bisa lebih dekat dari pada saudara sendiri”

'saat hati berdiaLog'

AssaLammuaLaykum wr.wb

Sebuah buku..
KutuLiskan sepenggaL untukmu..

Bagimu yang hancur hatinya..
Bagimu yg tersakiti hatinya..
Bagimu yg memiLih jaLan berbeda..
Bagimu yg menerima keputusan..
Dan bagiku..yg sedang menghancurkan benteng kehinaan..menyaring episode..
Membangun pondasi yg Lebi kuat, dg hati yg awaLnya rapuh..

Baca..

"anggapLah ia tak prnh hadir..meski ia sangat sering hadir..
Hatimu adL kaca, yg sekaLi tergores maka akn susah hiLangny..
Tapi tak ada kata mustahiL. Susah hnyaLah kata yg akan membuatmu mundur ke beLakang..
Susah bukan brarti tdk bisa, hanya kamu butuh Lbi byk wktu, byk tenaga & energi utk menghapusnya. BiarLah airmata berLinang, biarkan juga raga LeLah tergenggam, namun ia bisa hiLang dr benakmu.
...meLupakn org yg prna disayang bkn haL mudah, tp manusia diciptakn ALLah tdk utk menyerah kaLah..
Lawan daya ingatmu ttgny dg rasa Lupa..
YakinLah pd ALLah..mohon kemampuan menghapus bayangnya..

Semua ada masanya..memang hrs spt itu..meLupakn dia yg perna ada di hati, butuh perjuangan hati, memeras tenaga dan konsentrasi.."

maaFkan aku memiLih jaLan ini..
Jika ALLah mengizinkan, kita pasti bertemu kembaLi..
Jika tidak, ukhuwah inipun Lebi bermakna utk menapaki episode berikutnya..
TersenyumLah..:)

semoga hatimu tetap terbuka..

WassaLammuaLaykum wr.wb

sumber : Karena Cinta Harus MemiLih (diaLog hati saat memutuskan menoLak pacaran & memiLih persahabatan) karya Burhan Sodiq_gazzamedia2008

Bahaya Tidur Selepas Shubuh.


Kita telah ketahui bersama bahwa waktu pagi adalah waktu yang penuh barakah dan di antara waktu yang kita diperintahkan untuk memanfaatkannya. Akan tetapi, pada kenyataannya kita banyak melihat orang-orang melalaikan waktu yang mulia ini. Waktu yang seharusnya dipergunakan untuk bekerja, melakukan ketaatan dan beribadah, ternyata dipergunakaan untuk tidur dan bermalas-malasan.
Saudaraku, ingatlah bahawa orang-orang soleh terdahulu sangat membenci tidur pagi. Kita dapat melihat ini dari penuturan Ibnul Qayyim ketika menjelaskan masalah banyak tidur bahawa banyak tidur dapat mematikan hati dan membuat badan merasa malas serta membuang-buang waktu. Beliau rahimahullah mengatakan,
“Banyak tidur dapat mengakibatkan lalai dan malas-malasan. Banyak tidur ada yang termasuk dilarang dan ada pula yang dapat menimbulkan bahaya bagi badan”.
Waktu tidur yang paling bermanfaat yaitu :
1. Tidur ketika perlu tidur.
2. Tidur di awal malam – ini lebih manfaat daripada tidur lewat malam
3. Tidur di pertengahan siang –ini lebih bermanfaat daripada tidur di waktu pagi dan petang. Apatah lagi pada waktu pagi dan petang sangat kurang manfaatnya bahkan lebih banyak bahaya yang ditimbulkan, lebih-lebih lagi tidur di waktu Asar dan awal pagi kecuali jika memang tidak tidur semalaman.
Menurut para salaf, tidur yang terlarang adalah tidur ketika selesai solat subuh hingga matahari terbit. Kerena pada waktu tersebut adalah waktu untuk menuai ghonimah (pahala yang berlimpah). Mengisi waktu tersebut adalah keutamaan yang sangat besar, menurut orang-orang soleh. Sehingga apabila mereka melakukan perjalanan semalam suntuk, mereka tidak mahu tidur di waktu tersebut hingga terbit matahari. Mereka melakukan demikian kerana waktu pagi adalah waktu terbukanya pintu rezeki dan datangnya barokah (banyak kebaikan).” (Madarijus Salikin, 1/459, Maktabah Syamilah)
BAHAYA TIDUR PAGI
1. Tidak sesuai dengan petunjuk Al Qur’an dan As Sunnah.
2. Bukan termasuk akhlak dan kebiasaan para salafush soleh (generasi terbaik umat ini), bahkan merupakan perbuatan yang dibenci.
3. Tidak mendapatkan barokah di dalam waktu dan amalannya.
4. Menyebabkan malas dan tidak bersemangat di sisa harinya.
Maksud dari hal ini dapat dilihat dari perkataan Ibnul Qayyim. Beliau rahimahullah berkata, “Pagi hari bagi seseorang itu seperti waktu muda dan akhir harinya seperti waktu tuanya.” (Miftah Daris Sa’adah, 2/216). Amalan seseorang di waktu muda berpengaruh terhadap amalannya di waktu tua. Jadi jika seseorang di awal pagi sudah malas-malasan dengan sering tidur, maka di petang harinya dia juga akan malas-malasan pula.
5. Menghambat datangnya rezeki.
Ibnul Qayyim berkata, “Empat hal yang menghambat datangnya rezeki adalah [1] tidur di waktu pagi, [2] sedikit solat, [3] malas-malasan dan [4] berkhianat.” (Zaadul Ma’ad, 4/378)
6. Menyebabkan berbagai penyakit badan, di antaranya adalah melemahkan syahwat. (Zaadul Ma’ad, 4/222)

Hari Ini...

Senin, 19 September 2011.

Masih sama. Batam. Kota metropolitan menurutku.. kota yang telah banyak memberiku pelajaran tentang kehidupan. Hidup yang mandiri, jauh dari keluarga dan mulai belajar beradaptasi dengan keadaan di sekeliling. Taukah?
ga semudah teori yang kita tau..tapi kalo kita ga belajar, kita tau dari mana???

Ya begitulah,,kadang kita inginkan hal yang sama di diri orang lain. Tapi ternyata ga gampang..